LPK Talenta School resmi menjadi LPK Pemagangan Swasta (Sending Organization).
TALENTA SCHOOL
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KERJA

Makalah Life Skill

MAKALAH LIFE SKILL
oleh : Ahmad Jafar

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan permasalahan, statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu di awal abad ke-20 oleh bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu adalah bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress). Selain itu juga masih banyak beberapa kalangan yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa pencarian jati diri, hal serupa diungkapkan oleh Erickson dimana pada masa remaja merupakan masa krisis identitas dan pencarian jati diri. Keadaan remaja yang sedang berproses kearah pencarian dan pembentukan diri ini kerap menimbulkan konflik, hal itu akan terus terjadi karena adanya unsur ketidak-siapan seorang remaja dalam menghadapai permasalahan yang muncul, baik dari internal maupun eksternal remaja tersebut. Ketidaksiapan remaja dalam mengatasi persoalan hidup tentu saja akan berpengaruh negative bagi perkembangan diri maupun lingkungan sekitarnya, missal; kehilangan orientasi tentang membangun masa depan, terjerumus ke dunia narkoba, minuman alcohol, pergaulan bebas, tawuran dan lain sebagainya.

Apalagi jika dikaitkan dengan semakin pesatnya perkembangan IMTEK pada abad ini,  perlu ada penguatan baik secara in-formal, formal juga secara non-formal. Hal ini terkait pada kemampuan untuk memfilterisasi informasi-informasi negative yang masuk dan terus berkembang. Walaupun perkembangan yang terjadi merupakan kemajuan namun tidak dipungkiri juga akan memunculkan dampak negative bagi remaja yang secara nota bene sedang dalam masa pencaharian. Melihat kondisi remaja yang sangat rentan dengan konflik ini maka perlu adanya perhatian khusus bagi semua kalangan untuk lebih serius dalam melakukan pendekatan melalui program-program pendampingan dan pengembangan diri pada usia remaja.

Berkaitan dengan klasipikasi usia remaja, terdapat beberapa pendapat seperti menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12 - 18 tahun. Monk, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12 - 23 tahun, sedangkan menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12 - 23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan para ahli juga dapat dilhat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat variatif hal ini sangat berkaitan dengan kecakapan/ kemampuan remaja dalam pemenuhan kapasitas diri sebagai sosok orang dewasa.

Dalam klasifikasi kelas umur, manusia memiliki empat kelas umur (KU), yaitu KU bayi (infant), KU remaja (juvenile, sub adult), KU dewasa (adult) dan KU tua / manula (old). Diantara empat kelas umur tersebut, kelas umur remaja yaitu kelas umur manusia yang penuh dinamis, apakah kedinamisan itu muncul dari rangsangan dalam dirinya itu sendiri atau rangsangan dari luar yaitu lingkungannya. Kondisi seperti ini merupakan kondisi yang rawan dan apabila sukses dalam pembinaan dan pengarahannya tentu berdampak positif terhadap kehidupan remaja itu sendiri. Namun, jika salah asuh, salah dalam pembinaan dan pengarahannya dari para pihak yang terkait, misalnya orang tua, pendidik dan para ulama, maka bisa berdampak buruk terhadap kehidupan remaja itu sendiri baik dalam kehidupan masa kini maupun dalam kehidupan masa mendatang. Cita-cita dan harapan yang diinginkan para orang tua, pendidik dan para ulama yaitu para remaja yang bisa meraih kesuksesan dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Untuk mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut, maka dalam makalah ini akan diuraikan pentingnya remaja untuk memiliki pemahaman mencapai kesuksesan dan dalam menghadapi tantangan masa depan melalui pendekatan rasionalisasi antara soft skills dan hard skills.

Dalam terjemahan bebas, soft skills(life skills) adalah keterampilan mendasar/pokok bagi seseorang yang merupakan non teknis, tidak nyata, kepribadian, keterampilan spesifik yang menentukan kekuatan orang itu sendiri, seperti seorang pemimpin, pendengar ,negosiator, komunikator, motivator, dan mediator konflik. Sedangkan hard skills adalah keterampilan seseorang secara nyata diperoleh dari hasil pendidikan, pelatihan, pengalaman dan memiliki tingkat keahlian. Hard skills yang dimiliki lebih berorientasi kepada suksesnya pendidikan formal / informal, pelatihan, pengalaman dan keahlian. Dengan demikian dalam makalah ini, secara sistematik akan diuraikan beberapa pemahaman tentang panca inovasi pendidikan berorientasi soft skills, pemahaman mencapai kesuksesan melalui pendekatan rasionalisasi soft skills dan hard skills.

Sebagaimana telah diuraikan tersebut diatas, tentang pengertian soft skills dan hard skills ternyata bagi seseorang atau lembaga dalam mencapai kesuksesannya tidak hanya mengandalkan sepenuhnya kepada kepemilikannya yang nyata seperti pendidikan, pelatihan, pengalaman dan keahlian (hard skills). Tetapi menurut berbagai kesuksesan yang profesional.

Life skill itu tidak didapatkan anak-anak dari guru kurikulum atau orang tua yang hanya mengejar nilai akademis, intelektual atau rapor belaka. Mereka membutuhkan guru kehidupan, dan orang tua adalah guru hidup yang paling berarti bagi masa depan anak-anak.

Apa sajakah life skill itu?  WHO pernah menyebutkan, life skill adalah modal untuk hidup sehat, dan UNESCO mengatakan bangsa yang maju dan perekonomiannya memiliki daya saing adalah bangsa yang menanam life skill sejak dini.

Orang tua yang memaksa anak-anaknya, perlu meluangkan waktu untuk mendengarkan dan introspeksi. Anak-anak yang berhasil adalah anak-anak yang memiliki life skill, dan bangsa yang yang menang adalah bangsa yang punya keterampilan untuk hidup dan cara berpikirnya sehat. Negeri ini membutuhkan orang tua yang cerdas dan guru yang pendidik, bukan pengajar yang sekedar memindahkan isi buku.

Keterampilan/kecakapan  Hidup atau Life Skills  tersebut antara lain yaitu  : trampil  dalam memecahkan masalah;  trampil berpikir kritis ; trampil mengambil keputusan, trampil berfikir kreatif; trampil komunikasi interpersonal; trampil bernegosiasi;  trampil mengembangkan kesadaran diri, trampil berempati  dan juga trampil mengatasi stres dan emosi. Bila ketrampilan atau kecakapan hidup ini dimiliki oleh para  remaja, maka sudah pasti mereka akan lebih mudah  dalam menghadapi  kondisi, situasi, tantangan dan masalah  yang semakin hari semakin banyak dan semakin  kompleks. Karena mereka dapat berfikir cerdas dan mampu untuk memilah dan memilih mana yang baik dan bermanfaat bagi dirinya dan mana yang harus dihindari dan dijauhinya. Ketrampilan/kecakapan Hidup atau Life Skills  akan lebih bermakna bila remaja juga dibekali dan diberi pemahaman  dalam penghayatan tentang  nilai-nilai  moral dalam kehidupan, diantaranya: beriman, ulet, percaya diri dan bertanggung jawab.

 

B. Tujuan

 Adapun Tujuan Makalah ini yaitu Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran terutama pada remaja tentang Perlunya Remaja Memiliki  Life Skills Dalam Menghadapi Tantangan Masa Depan dalam rangka mewujudkan Tegar Remaja  menuju Tegar Keluarga dalam mewujudkan keluarga norma keluarga kecil, bahagia sejahtera.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.   Pengertian Life Skills

*       “Konsep yang bermaksud memberi kepada seseorang bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan fungsional praktis serta perubahan sikap untuk bekerja dan berusaha mandiri, membuka lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya.  Konsep keterampilan hidup memiliki cakupan yang luas berinteraksi antara pengetahuan dan keterampilan yang diyakini sebagai unsur terpenting untuk hidup lebih lanjut”.

*      Menurut definisi World Health Organization (WHO), life skills atau ketrampilan hidup adalah kemampuan untuk berperilaku yang adaptif dan positif yang membuat seseorang dapat menyelesaikan kebutuhan dan tantangan sehari-hari dengan efektif.

*      Pendapat lain mengatakan bahwa life skill merupakan keterampilan hidup yang sering juga disebut kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat berperilaku positif dan beradaptasi dengan lingkungan yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efekti. Dari defenisi tersebut, keterampilan-keterampilan yang dapat di golongkan ke dalam keterampilan hidup sangat beragam tergantung pada situasi dan kondisi maupun budaya masyarakat setempat.

Dapat di simpukan Bahwa Life Skills adalah Keterampilan dalam mengatur diri sendiri (Intrapersonal), dengan orang lain (Interpersonal) dan Transedental ( Maha Kuasa).

 

B.   Ciri-ciri Pembelajaran Life Skills

Ciri pembelajaran life skills (soft skills) adalah sebagai berikut :

(1)  terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar,

(2)  terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama,

(3) terjadi keselarasan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri, usaha   bersama,

(4)  terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan,

(5) terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu,

(6)  terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli,

(7)  terjadi proses penilaian kompetensi, dan

(8) terjadinya pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama, apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skill dalam lingkup pendidikan non-formal ditujukan pada penguasaan vocational skill, yang intinya terletak pada penguasaan spesific occupational job (pekerjaan profesi tertentu). Apabila dipahami dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa life skill dalam konteks kepemilikan occupational skill (kecakapan kerja) sesungguhnya diperlukan oleh setiap orang. Ini berarti bahwa program life skill dalam pemaknaan program pendidikan non-formal diharapkan dapat menolong mereka untuk memiliki harga diri dan kepercayaan diri mencari nafkah dalam konteks peluang yang ada di lingkungan.

 

 

C.   Life skills Dalam Menghadapi tantangan Masa depan

Life skill atau keterampilan hidup merupakan keterampilan yang dibutuhkan setiap individu untuk dapat survive dalam hidup dan kehidupan. Dengan keterampilan ini kita memiliki kemampuan untuk menemukan masalah, memecahkan masalah, membuat keputusan terhadap suatu pilihan dan menghindari situasi yang mungkin dapat menjatuhkan  dan memperkuat pertahanan dan ketahanan mental menghadapi masalah hidup.

Kita akan menjadi orang tua efektif apabila pengajaran life skill ini dimulai kepada anak-anak sejak usia dini. Layaknya seperti petani menanam padi, benih padi akan dapat dituai (dipetik) ketika sudah menjadi padi yang menguning. Kita ketahui bersama menguningnya padi membutuhkan waktu yang tidak singkat dan proses yang tepat sehingga ketika dikonsumsi manusia menjadi nasi yang enak. Sebaliknya proses yang tidak tepat  akan menyebabkan kegagalan proses penanaman sehingga kualitas berasnya juga buruk.

Ketrampilan hidup apa yang harus kita ajarkan? Ada  tiga point yang termasuk didalamnya:

1.    Self improvement skills yaitu ketrampilan yang membangun diri anak (self esteem, managing emotion, decision making )

2.    Relational skills yaitu ketrampilan yang membangun hubungan antara anak dan lingkungannya (building positive relationships, handling conflict, assertion)

3.    Lifelong skills yaitu keterampilan yang membangun hidup dan masa depan anak yang bertujuan dan bermakna (goal setting, identifying intelligence/talents, the art to life meaningfully).

Keterampilan hidup bukan pelajaran teori yang harus dihafalkan tetapi lebih kepada praktek melalui latihan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Mengajarkannya pun disesuaikan dengan usia dan kemampuan setiap anak. Anak usia empat tahun sudah dapat kita ajarkan untuk  mandi sendiri, menggosok giginya, mengembalikan handuk di tempatnya sehingga mereka tidak akan mengalami kesulitan  dan tergantung pada bantuan orang tua atau pembantunya.

Mereka berlatih menjadi mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.  Begitu pula dengan ketrampilan mengambil keputusan dapat kita ajarkan pada saat ia memilih pakaian, mainan, makanan dll. Dalam kegiatan bermain, kita juga dapat mengasah ketrampilan berkomunikasinya.

Jadi, sesungguhnya dalam aktivitas sehari-hari, banyak hal yang dapat kita jadikan sarana untuk mengajarkan ketrampilan hidup pada anak kita.  Hal ini tidak hanya berlaku untuk anak kita yang masih balita saja, sampai dewasa pun anak kita masih tetap membutuhkan pengajaran life skill sesuai dengan tingkatannya. Ketrampilan hidup yang mereka peroleh pada tahap-tahap perkembangan sebelumnya merupakan fondasi untuk tahap perkembangan selanjutnya dalam menghadapi tantangan masa depan.

 

 

 

*      Berikut ini beberapa kelompok ketrampilan yang termasuk life skills menurut UNICEF dan UNESCO:

1.    LEARNING TO KNOW: Cognitive abilities

a.    Keterampilan memecahkan masalah dan membuat keputusan

Ø  Keterampilan mengumpulkan informasi

Ø  Keterampilan mengevaluasi dampak pada masa depan dari keputusan yang dilakukan pada saat ini pada diri sendiri dan orang lain

Ø  Keterampilan menentukan solusi alternatif untuk sebuah masalah

Ø  Keterampilan melakukan analisis terhadap pengaruh nilai dan sikap diri & orang lain mengenai motivasi

b.    Keterampilan berfikir kritis (critical thinking)

Ø  Keterampilan menganalisis pengaruh sebaya dan media

Ø  Keterampilan menganalisis sikap, nilai, norma-norma sosial, dan keyakinan; dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Ø  Keterampilan mengidentifikasi informasi yang relevan dan sumber-sumber informasi

 

2.    LEARNING TO BE: Personal abilities

a.    Keterampilan meningkatkan pusat kontrol internal

Ø  Kepercayaan diri (self-esteem) dan ketrampilan membangun kepercayaan diri (confidence)

Ø  Keterampilan sadar-diri (self-awareness skills), termasuk kesadaran akan hak, pengaruh, nilai-nilai, sikap, kekuatan, dan kelemahan

Ø  Keterampilan menentukan tujuan (goal-setting skills)

Ø  Keterampilan evaluasi diri, penilaian diri, dan monitoring diri

b.    Ketrampilan mengelola perasaan

Ø  Keterampilan mengelola amarah (anger management)

Ø  Keterampilan mengelola keluhan dan keresahan

Ø  Keterampilan mengelola kehilangan, penghinaan (abuse), dan trauma

c.    Keterampilan mengelola stress

Ø  Keterampilan manajemen waktu

Ø  Keterampilan berfikir positif

Ø  Menguasai teknik-teknik relaksasi

 

3.    LEARNING TO LIVE TOGETHER: Interpersonal abilities

a.    Keterampilan komunikasi interpersonal

Ø  Komunikasi verbal dan nonverbal

Ø  Keterampilan mendengarkan aktif

Ø  Keterampilan mengekspresikan perasaaan; memberikan umpan balik (tanpa menyalahkan) dan menerima umpan balik

b.     Keterampilan negosiasi dan menolak

Ø  Negosiasi dan manajemen konflik

Ø  Keterampilan bersikap asertif

Ø  Keterampilan menolak

c.     Keterampilan berempati

Ø  Kemampuan mendengarkan dan memahami kebutuhan dan kondisi orang lain dan mengekspresikan pengertiannya.

d.     Kerjasama dan kerja kelompok

Ø  Keterampilan mengekspresikan penghargaan atas kontribusi orang lain dan gaya yang berbeda-beda.

Ø  Keterampilan menilai kemampuan diri dan berkontribusi pada kelompok

e.     Keterampilan advokasi

Ø  Keterampilan mempengaruhi orang lain (influence) dan melakukan persuasi

Ø  Keterampilan membangun jaringan dan memotivasi orang lain

 

*      Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi dua jenis utama, yaitu:

1. Kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skill), yang mencakup kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan akan kesadaran diri atau memahami diri (self awareness) dan kecakapan berpikir (thinking skill), sedangkan kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill).

2. Kecakapan hidup spesifik (specific life skill), yaitu kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu, yang mencakup kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional (vocational skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran, sehingga mencakup kecakapan mengidentifikasi variabel dan hubungan antara satu dengan lainnya (identifying variables and describing relationship among them) , kecakapan merumuskan hipotesis (constructing hypotheses), dan kecakapan merancang dan melaksanakan penelitian ( designing and implementing a research). Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan vokasional mencakup kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill).

Istilah Kecakapan Hidup (life skills) diartikan sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

v  Ukuran skill seseorang dapat dilihat dari kemampuan (profiler skills dimensions) :

1.    Beradministrasi (administrative)

2.    Berkomunikasi (communication)

3.    Pribadi yang supel (interpersonal)

4.    Kepemimpinan (leadership)

5.    Memotivasi (motivation)

6.    Pengetahuan organisasi (organizational knowledge)

7.    Stategi organisasi (organizational strategy)

8.    Pengendalian diri (self management)

9.    Berpikir (thinking)

Dari sembilan ukuran skills seseorang tersebut diatas, ternyata yang termasuk ke dalam life skills adalah kemampuan berkomunikasi, pribadi yang supel, kepemimpinan, memotivasi dan pengendalian diri. Sedangkan yang termasuk ke dalam hard skills adalah kemampuan beradministrasi dan pengetahuan organisasi. Sedangkan yang termasuk life skills dan hard skills adalah kemampuan strategi organisasi dan berpikir. Memperhatikan kontribusi life skills yang cukup signifikan (85%) dalam mencapai kesuksesan baik seseorang maupun lembaga maka menjadi perhatian penting life skills ini untuk dikembangkan

Tahapan untuk dapat memasuki inti keberhasilan dimulai dari tiga faktor, yaitu :

  1. Kompetensi. Dimana dan apa yang akan dikerjakan tentunya agar diupayakan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Apa dan seberapa pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki merupakan hal yang harus kita kenali dan sadari.
  2. Kinerja. Kinerja atau performansi dari apa yang hendak dikerjakan harus dapat diukur dan dipenuhi. Setiap manusia harus mengetahui dan menyadari tingkat kemampuan yang dimiliki untuk mencapai apa yang diinginkan sehingga tidak memaksakan diri.
  3. Karakter. Setiap pekerjaan memiliki sifat dan karakteristik sendiri-sendiri. Manusia akan dapat menangani pekerjaan yang dihadapinya jika mau mengenali sifat-sifat dan karakteristik pekerjaan tersebut. Selain itu manusia juga memiliki sifat dan karakteristik. Untuk itu kita harus benar-benar mengenali karakter dari diri sendiri dan pekerjaan yang akan dilakukan.  

*      Ketiga faktor tersebut dapat dimulai dari sisi mana saja. Untuk memulai melakukan pekerjaan menuju inti keberhasilan yang diinginkan terdapat tiga hal lagi yang harus dipahami, yaitu :

  1. Sistem nilai, Sistem nilai merupakan salah satu bagian dari pemahaman kita terhadap diri dan lingkungan pekerjaan yang akan kita hadapi
  2. Keyakinan, Setiap manusia yang akan melangkah ataupun melakukan pekerjaan harus benar-benar memiliki keyakinan untuk bisa mencapainya.
  3. Komitmen, Untuk selanjutnya bekerja akan selalu dituntut keseriusan kita untuk benar-benar mau terus melaksanakan atau menyelesaikan apa yang kita kerjakan sampai tuntas dan mencapai keberhasilan.

Dengan memenuhi syarat faktor-faktor dan unsur-unsur tersebut di atas, kita akan dapat memasuki inti keberhasilan melalui etika kerja yang harus kita jalani. Pendidikan formal yang merupakan bagian daripada hard skills, sadar atau tidak, faktanya menjadi tumpuan penuh bagi remaja selaku anak didik untuk sukses menjalani pendidikan tersebut walau dengan cara apapun termasuk cara-cara yang tidak dibenarkan secara peraturan perundang-undangan yang berlaku. Padahal, posisinya dalam pencapaian kesuksesan remaja atau anak didik hanya sekitar 15% (hard skills), sedangkan pembinaan remaja ke arah soft skills hampir kurang mendapatkan perhatian.

 

D.   Tujuan Mempelajari Life Skills (Keterampilan Hidup) dalam Menghadapi Tantangan Masa Depan

1.    Tujuan Umum

Tujuan Mempelajari Materi Life Skills (keterampilan Hidup) dalam menghadapi Tantangan Masa Depan yaitu Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang Pendidikan keterampilan Hidup untuk di praktekkan agar bisa tumbuh dan berkembang secara optimal serta dapat di pergunakan dalam menghadapi tantangan masa depan serta mengatasi resiko TRIAD KRR dalam rangka mewujudkan Tegar Remaja menuju Keluarga Kecil, Bahagia Sejahtera. Tegar Remaja adalah remaja-remaja yang menunda usia pernikahan,  berperilaku sehat, terhindar dari resiko TRIAD KRR, bercita-cita mewujudkan sebayanyaKeluarga Kecil Bahagia Sejahtera dan menjadi contoh, model,idola dan sumber informasi bagi teman 

       

2.    Tujuan Khusus

Memberikan pelayanan pendidikan keterampilan hidup kepada warga belajar agar :

1.      Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja baik bekerja mandiri (wirausaha) dan atau bekerja pada suatu perusahaan produk/jasa dengan penghasilan yang semakin layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.      Memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang unggul dan mampu bersaing di pasar global.

3.      Memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya.

4.      Mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan dalam rangka mewujudkan keadilan pendidikan di setiap lapisan masyarakat.

5.      Mempercayai dan Menghargai diri sendiri.

6.      Komunikasi Interpersonal

7.      Bersikap Tegas

8.      Berpikir positif

9.      Mengatasi Stress

10.  Mengambil Keputusan dan Memecahkan Masalah

E.   Perlunya Remaja Memiliki Life Skills Dalam Menghadapi Tantangan Masa Depan

1.    Kebutuhan Pendidikan Life Skill dalam Menunjang Program-program Pengembangan dan Penguatan Remaja.

Berbicara mengenai Life Skill atau kecakapan hidup, dalam kehidupan sehari-hari masih banyak kalangan yang mendefenisikan kecakapan hidup secara sempit, bahwa life skill hanya dikaitkan dengan persoalan vokasional atau keterampilan kejuruan khusus saja. Hal ini tentu berbeda dengan pengertian Life Skill yang diungkapkan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas yang mendefenisikan life skill dengan makna yang lebih luas, dimana PUSKUR merujuk pendapat WHO (1997) yang mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Menurut badan WHO kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu:

1.    Kecakapan mengenal diri

2.    Kecakapan berpikir

3.    Kecakapan sosial

4.    Kecakapan akademik, dan

5.    Kecakapan kejuruan.

 Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah (probelm solving), mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).

Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praktis dapat membekali seorang remaja dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan.  Dikaitkan dengan pengembangan pendidikan kecakapan hidup pada remaja, jika diartikan secara luas Pendidikan kecakapan hidup ini dapat menyentuh aspek-aspek kehidupan remaja seperti :

A.   Aspek personal skill

  Aspek ini menjangkau ruang pemahaman untuk mengenali diri (self awareness skill) sehingga diharapkan remaja mampu berpikir rasional dalam setiap menyelesaikan permasalahan yang dihadapi (thinking skill). Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan juga kekurangan yang dimiliki. Dengan demikian maka kecakapan ini dapat menjadi modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar.  Kecapakan berpikir mencakup antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi, mengolah, dan mengambil keputusan (making decision)  , serta memecahkan masalah (problem solving) secara kreatif.

 

B.   Aspek Sosial Skill

  Merupakan aspek yang diperkuat untuk menjangkau sisi kehidupan bersosialisasi dengan lingkungan keluarga, teman sebaya, juga lingkungan masyarakat sekitar. Penguatan pada aspek ini dilakukan agar remaja dapat mengembangkan kemampuan berdialog dalam dunia pergaulan, sehingga memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik (communication skill) dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain (collaboration skill).  Secara konsep dua aspek (peronal sekill dan sosial skill) ini merupakan kecakapan hidup generik (Generik Life Skill)

 

C.   Aspek Akademik Skill dan Aspek Vokasional Skill

  Secara konsep kedua aspek ini disebut sebagai Kecakapan spesipik (Specific Life Skill). Kedua aspek ini berkaitan langsung dengan penguasaan kemampuan keterampilan secara khusus bagi remaja dalam mengaktualisasikan diri, mengembangkan kemampuan untuk menguasai serta menyenangi jenis pekerjaan tertentu. Jenis pekerjaan tertentu ini bukan hanya merupakan pekerjaan utama yang akan ditekuni sebagai mata pencaharian, melainkan secara menyeluruh guna menjadi bekal untuk bersaing dalam kehidupan dunia kerja kedepan.

(Jufri,2007) mengemukakan bahwa :

“Pendidikan keterampilan hidup berpegang pada prinsip learning to know melalui learning to learn, learning to be dan learning to live together (belajar untuk memperoleh pengetahuan, belajar untuk dapat berbuat/bekerja, bekerja untuk menjadi orang yang berguna dan belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain”.

 Ketrampilan hidup yang mendasar sebagai upaya pengembangan diri dilandasi oleh kesadaran bahwa manusia sebagai “the self determining being” memiliki kemampuan untuk menentukan apa yang paling baik untuk dirinya dalam rangka mengubah nasibnya menjada lebih baik. Prinsip ini tampak sesuai dengan prinsip “ Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri meraka sendiri. Integrasi life skills dalam pendidikan agama Islam memberikan kemampuan pada remaja  untuk mengelola dan merencanakan masa depan, sehinggga pelajaran aqidah, syariah, akhlak dan sejarah Islam tidak hanya sebatas pengetahuan tetapi lebih sebagai inspirasi yang menjadi daya dorong juga kemampuan untuk sukses dalam mengarungi kehidupan. Karena Rencana dan tujuan masa depan yang telah ditunjukan oleh Islam  jika diikuti dengan langkah sistematis untuk mencapainya, akan membawa kesuksesan bagi individu dalam menghadapi tantangan zaman dan melahirkan orang-orang yang berprestasi.

Secara umum perlunya keterampilan hidup (life skills) bagi warga belajar adalah memberikan bekal untuk menghadapi dan memecahkan masalah hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi, warga masyarakat dan warga Negara yang mandiri.  Apabila hal ini berhasil, maka jumlah pengangguran akan dapat diturunkan dan produktifitas nasional akan dapat ditingkatkan, dengan demikian manfaat khusus yang akan dirasakan adalah :

1.    Meningkatkan kesempatan kerja;

2.    Mencegah urbanisasi yang tidak bermanfaat;

3.    Meningkatkan pendapatan asli daerah;

4.    Memperkuat pelaksanaan otoda melalui peningkatan sumber daya manusia;

5.    Terwujudnya keadilan pendidikan bagi masyarakat miskin dan kurang mampu

  Sementara itu menurut Tim Broad-Based Education Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan life skill (kecakapan hidup) adalah :

1.    Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi.

2.    Memberikan kesempatan pada sekolah (Formal / Non Formal) untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas.

3.    Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah (Formal/Non Formal) dengan mendaur ulang limbah alam yang ada untuk dimanfaatkan sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

  Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan utama pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang bersangkutan mampu, sanggup dan terampil menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya di masa datang. Esensi dari pendidikan kecakapan hidup adalah untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai – nilai kehidupan nyata, baik secara representatif maupun progresif.  Adanya pendidikan kecakapan hidup (Life Skill) bagi masyarakat marjinal ini akan memberikan manfaat yang nyata baik secara pribadi peserta didik maupun terhadap masyarakat lainnya yaitu :

1.    Bagi peserta didik, akan dapat meningkatkan kualitas berfikir, kualitas kalbu, dan kualitas fisik. Peningkatan kualitas tersebut pada gilirannya akan dapat meningkatkan pilihan – pilihan dalam kehidupan individu, misalnya karir, penghasilan, pengaruh, prestise, kesehatan jasmani dan rohani, peluang pengembangan diri, kemampuan kompetitif dan kesejahteraan pribadi.

2.    Bagi masyarakat, dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan madani dengan indikator – indikator sebagai berikut : peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan prilaku destruktif sehingga dapat mereduksi masalah – masalah sosial dan tumbuhnya harmonisasi dalam masyarakat dengan memadukan nilai – nilai religi, solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa).

Orang tua yang memaksa anak-anaknya, perlu meluangkan waktu untuk mendengarkan dan introspeksi. Anak-anak yang berhasil adalah anak-anak yang memiliki life skill, dan bangsa yang yang menang adalah bangsa yang punya keterampilan untuk hidup dan cara berpikirnya sehat. Negeri ini membutuhkan orang tua yang cerdas dan guru yang pendidik, bukan pengajar yang sekedar memindahkan isi buku.

1.    Membantu remaja mencapai tugas pertumbuhan dan perkembangan pribadi

  Pertumbuhan fisik

  Perkembangan mental

  Perkembangan emosional

  Perkembangan spriritual  

2.      Membantu remaja mencapai tugas pertumbuhan dan perkembangan sosial :

  Melanjutkan sekolah

  Mencari pekerjaan

  Memulai kehidupan berkeluarga

  Menjadi anggota masyarakat

  Mempraktekan hidup sehat

Oleh karena itu sangatlah perlu remaja memiliki Life Skills (keterampilan Hidup) Dalam Menghadapi Tantangan Masa Depan.

 

F.    Faktor Pendukung Program PKBR

Ø  Assets/capabilities remaja:

Meningkatkan kemauan dan kemampuan positif yang ada pada diri remaja

Ø  Resources/opportunities remaja:

Ø  Mengembangkan jaringan dan dukungan yang ada di luar diri remaja

Ø  Second chance (kesempatan kedua):

Mengurangi konsekwensi negatif bagi  remaja yang sudah berperilaku tidak sehat

 

G.   Program dan Pengembangan Media sebagai Penunjang Pendidikan Life Skills pada Remaja.

  Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui kegiatan intra/ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi remaja sesuai dengan karakteristik, emosional, dan spiritual dalam prospek pengembangan diri. Tentunya banyak media kreatif serta inovatif yang harus terus digalih dalam menyampaikan pendidikan pengembangan kecakapan ini, namun isi tetap dikaitkan dengan penguatan-penguatan yang ingin capai. Misal; pendidikan Teater tidak hanya bertujuan menjadikan seorang remaja sebagai aktor ulung diatas panggung, namun proses pembentukan lebih diarahkan pada penguatan kecerdasan emosi (emotional intellegence), baik secara Intra-personal maupun secara Inter-personalnya remaja. Pendekatan-pendekatan seperti ini lebih mudah menyentuh sisi kehidupan pribadi remaja dan tentunya tidak membosankan dari pada sekedar metode ceramah. Dengan teater remaja juga dapat diajak untuk mengasah kemampuan Ansos (analisis sosial), melalui permasalahan-permasalan yang terjadi dilingkungan paling dekat sampai pada permasalahan dunia. Lebih lanjut permasalahan-permasalahan yang ditemukan kemudian secara berasama digalih penyebab atau akar dari permasalahan tersebut.

  Selanjutnya hasil dari analisis dan penelusuran akar masalah tersebut dapat dijadikan sebagai skenario drama atau teater, yang kemudian di panggungkan dihadapan orang banyak. Ketika manggung juga akan berdampak pada pengembangan keberanian serta percaya diri remaja untuk bisa berdiri dihadapan orang banyak. Selanjutnya dapat juga menggunakan media seni musik sebagai pengembangan keharmonisasian. Karena berbicara masalah musik tak akan pernah lepas dari pembahasan harmonisasi, seorang audien akan merasa nyaman mendengarkan permainan musik jika ketukan irama antara alat musik yang satu dengan lainnya bisa selaras, saling melengkapi dan saling memperindah. Kemampuan seorang fasilitator untuk dapat mengkaitkan antara pembahasan, Keharmonisasian dalam bermusik dengan keharmonisasian dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya penguatan yang akan diraih dari peserta didik dengan media musik ini adalah remaja memiliki kemampuan kecerdasan emosi intra dan inter-personal seperti mampu bekerja sama, menghilangkan kecendrungan egois, mampu menganalisis situasi dalam melakukan tindakan-tindakan.

Kedua contoh media diatas, jika dikembangkan maka berdampak pada penguatan aspek Personal skill dan aspek sosial skill pada remaja. Program-program pengembangan lainnya dapat berupa peningkatan kwalitas mental seperti pendidikan kepemimpinan (leadership), komunikasi (public speaking), juga pelatihan-pelatihan kejuruan seperti komputer, kerajinan pertukangan, seni pahat/ukir,  lukis, daur ulang bahan bekas (recycle) serta kreatifitas lain yang menunjang kehidupan remaja secara vokasinal. Jika empat aspek pengembangan kecakapan hidup diatas dapat dimiliki oleh seorang remaja maka dipastikan mereka dapat tumbuh dan berkembang secara layak serta memiliki kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi untuk mengatasinya. Hal ini tentunya dapat menjadi jawaban atas permasalahan-permasalahan remaja yang telah dibahas diatas, tinggal bagaimana kemampuan kita dalam menggali dan memformulusikan media serta metode yang tepat sebagai pintu masuk kedalam dunia remaja.

 Adapun program keterampilan hidup berdasarkan lingkupnya yang dikemukakan oleh Broling (Jalil, 2002) bahwa berdasarkan lingkupnya, program keterampilan hidup (lifeskill) mencakup kecakapan kerja (Accupational Skills), kecakapan pribadi dan sosial (Personal Social Skills) serta kecakapan dalam kehidupan sehari-hari (Daily Living Skills). Ibrahim (2002:18) mengartikan lifeskill adalah :

1.      Suatu perenungan tentang hakikat dan makna keberadaan kita sebagai makhluk tersempurna dari seluruh ciptaan Tuhan, tanpa perenungan tentang nilai ibarat berjalan tanpa peta dan kompas penentu arah , sehingga terombang-ambing dalam gelombang kehidupan.

2.      Pelatihan dan pembiasaan praktis untuk mengelola hidup dan merencanakan masa depan agar hidup lebih bermakna dan bermanfaat.  Pelatihan dan pembiasaan antara lain berupa pengenalan diri dan pencarian peluang sangat penting karena tanpa keterampilan , kita sibuk menyalahkan keadaan atau orang lain, pemerintah, perbankan, luar negeri, agama lain, etnik lain, atasan, cuaca dan lainnya.  Padahal Tuhan sendiri mengingatkan bahwa kitalah yang seharusnya berketetapan mengubah nasil kita sendiri.

    Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan program keterampilan hidup adalah suatu program yang dirancang untuk membimbing, melatih dan membelajarkan remaja agar mempunyai bekal dalam menghadapi masa depannya dengan memanfaatkan peluang dan tantangan yang ada. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa Remaja harus memiliki Life skills (kecakapan hidup) agar mampu, sanggup dan terampil menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya di masa datang.

 

 

KESIMPULAN DAN SARAN

 

 

A.   Kesimpulan

1.    Bahwa terbangunnya kesadaran untuk mendorong remaja dalam mencapai kesuksesan hanya tertumpu kepada kepemilikan hard skills yang berupa pendidikan, pelatihan, pengalaman dan keahlian.

2.    Berdasarkan fakta dan dukungan hasil penelitian dan pengembangan ternyata yang memberikan kontribusi terbesar terhadap tercapainya kesuksesan seseorang (remaja) / lembaga yaitu life skills sekitar 85% dan hard skills 15%.

3.    Para remaj dalam pemahaman etos kerja dan pemetaan bakat perlu mengenali dan memahami delapan macam etos kerja dan bakat yang ada pada dirinya yang terus dibina dan dikembangkan sehingga memberi fungsi dan peran penting dalam pengembangan life skills.

4.    Menurut definisi World Health Organization (WHO), life skills atau ketrampilan hidup adalah kemampuan untuk berperilaku yang adaptif dan positif yang membuat seseorang dapat menyelesaikan kebutuhan dan tantangan sehari-hari dengan efektif.

5.    Berikut ini beberapa kelompok ketrampilan yang termasuk life skills menurut UNICEF dan UNESCO:

1.    LEARNING TO KNOW: Cognitive abilities

 2.    LEARNING TO BE: Personal abilities

3.    LEARNING TO LIVE TOGETHER: Interpersonal abilities

 

6.    Tujuan Mempelajari Materi Life Skills (keterampilan Hidup) dalam menghadapi Tantangan Masa Depan yaitu Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang Pendidikan keterampilan Hidup untuk di praktekkan agar bisa tumbuh dan berkembang secara optimal serta dapat di pergunakan dalam menghadapi tantangan masa depan serta mengatasi resiko TRIAD KRR dalam rangka mewujudkan Tegar Remaja menuju Keluarga Kecil, Bahagia Sejahtera. Tegar Remaja adalah remaja-remaja yang menunda usia pernikahan,  berperilaku sehat, terhindar dari resiko TRIAD KRR, bercita-cita mewujudkan sebayanyaKeluarga Kecil Bahagia Sejahtera dan menjadi contoh, model,idola dan sumber informasi bagi teman 

 

7.    Orang tua yang memaksa anak-anaknya, perlu meluangkan waktu untuk mendengarkan dan introspeksi. Anak-anak yang berhasil adalah anak-anak yang memiliki life skill, dan bangsa yang yang menang adalah bangsa yang punya keterampilan untuk hidup dan cara berpikirnya sehat. Negeri ini membutuhkan orang tua yang cerdas dan guru yang pendidik, bukan pengajar yang sekedar memindahkan isi buku. Oleh karena itu sangatlah perlu remaja memiliki Life Skills (keterampilan Hidup) Dalam Menghadapi Tantangan Masa Depan.

3.    Membantu remaja mencapai tugas pertumbuhan dan perkembangan pribadi

  Pertumbuhan fisik

  Perkembangan mental

  Perkembangan emosional

  Perkembangan spriritual  

4.      Membantu remaja mencapai tugas pertumbuhan dan perkembangan sosial :

  Melanjutkan sekolah

  Mencari pekerjaan

  Memulai kehidupan berkeluarga

  Menjadi anggota masyarakat

  Mempraktekan hidup sehat

 

B.   Saran

1.    Para remaja perlu terus belajar dan mengenal dirinya serta meningkatkan kemampuannya dalam mencapai kesuksesan dengan tetap memperhatikan rasionalisasi soft skills dan hard skills.

2.    Para remaja muslim khususnya dan remaja di Indonesia pada umumnya supaya memiliki kepahaman memiliki, mengamalkan dan mengembangkan enam thobi’at luhur sebagai modal dasar dalam pembangunan soft skills dalam mencapai kesuksesan.


Talenta School Hati-hati terhadap penipuan yang mengatasnamakan LP2K TALENTA SCHOOL Transaksi via ATM yang sah hanya transaksi ke Rekening atas nama LP2K Talenta School
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free