Gaya dan Strategi Belajar Bahasa
GAYA DAN STRATEGI BELAJAR BAHASA
PENDAHULUAN
Teori pemelajaran, proses transfer, dan model-model kecerdasan merupakan ikhtiar untuk menggambarkan cara manusia dalam belajar secara universal. Teori-teori itu untuk mencari penjelasan secara umum bagaimana manusia menyaring, menyimpan, dan mengingat kembali informasi yang ada. Proses seperti itu tidak mengambarkan perbedaan pada setiap individu dalam mempelajari sesuatu, atau perbedaan dalam setiap individu. Padahal disadari sepenuhnya, bahwa setiap individu dalam mempelajari masalah, mengolah data, atau mengorganisasi aneka rasa adalah dari perspektif yang unik. Makalah ini membahas variasi kognitif dalam belajar bahasa baik aneka gaya belajar yang berbeda pada masing-masing individu maupun dalam strategi yang digunakan oleh seseorang untuk memecahkan persoalan tertentu.
Sebelum kita fokus membahas gaya dan strategi dalam belajar bahasa kita perlu mengenali istilah proses, gaya, dan strategi sebagai istilah yang digunakan dalam literatur pemelajaran bahasa. Proses merupakan istilah yang paling umum dalam menggambarkan kegiatan belajar secara universal. Gaya merupakan istilah yang mengacu pada konsistensi pada diri seseorang, bukan hanya sekedar kecenderungan maupun kemauan sesaat. Sedangkan strategi merupakan metode yang khusus dalam mendekati persoalan atau tugas, cara operasional untuk mencapai tujuan tertentu, desain yang direncanakan untuk mengkontrol dan memanipulasi informasi tertentu.
Dengan mengkaji gaya dan strategi belajar bahasa ini, manfaat yang kita dapat adalah kemampuan memahami ranah yang paling universal hingga variasi intraindividual yang spesifik dalam belajar.
GAYA BELAJAR
Sebagai contoh anggap lah Anda sedang mengunjungi negara tertentu yang tidak tahu bahasanya, anda baru saja mendarat dari bandara dan penjemput yang tidak tahu namanya juga tidak kunjung menemui anda, tidak ada seorang petugas bandara pun yang bisa bahasa Inggris. Apa yang anda lakukan? Dalam hal ini tidak ada satu solusi pun untuk masalah tersebut. Solusi anda akan berdasar pada bagaimana gaya yang anda miliki misalnya: jika anda adalah ambiguity tolerant maka anda tidak akan mudah bingung dengan kondisi yang tidak menguntungkan ini. Jika anda adalah reflektif maka anda akan belajar sabar, dan tidak akan cepat-cepat menyimpulkan dari masalah ini. Jika anda field independent maka anda akan fokus pada hal-hal yang penting dan relavan serta tidak mudah dipusingkan dengan hal-hal yang tidak relevan.
Field independence
Gaya ini berupa kemampuan anda untuk menerima hal khusus tertentu di dalam berbagai hal yang membingungkan, hal yang relevan itu bisa saja merupakan gagasan, pemikiran atau perasaan yang tidak kentara. Kebalikan dari ini adalah field dependence yang cenderung bergantung pada kondisi keseluruhan di lapangan. Ada hal positif dan negatif dari kedua gaya ini: field independence dan field dependence.
Gaya field independence memungkinkan anda membedakan bagian-bagian dari keseluruhan untuk konsentrasi pada satu hal (misalnya membaca buku di stasiun yang hingar bingar), untuk menganalisis variabel-variabel terpisah tanpa terkontaminasi dengan variabel yang mirip. Dengan kata lain, terlalu field independence dapat menjadi bumerang karena anda hanya melihat sebagian-sebagian saja dan gagal untuk melihat hubungan secara keseluruhan.
Field independence dan field dependence dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk membedakan anak-anak dan orang dewasa dalam pemerolehan bahasa. Anak-anak didominasi field dependence, Sedangkan orang dewasa cenderung field independence. Stephen Khrasen (1977) menunjukkan bahwa orang dewasa lebih menggunakan strategi “monitoring” atau “learning” (perhatian secara sadar pada bentuk) dalam belajar bahasa sedangkan anak-anak mennggunakan strategi “acquisition” (perhatian tanpa sadar terhadap fungsi).
Pemanfaatan otak kanan dan kiri
Begitu otak anak matang berbagai fungsi dapat dijalankan di bagian kanan dan kiri. Otak kiri di analogikan dengan pemikiran yang logis, analitis, sistematis dan linier. Sedangkan otak kanan identik dengan menerima dan mengingat visual, sentuhan, dan pendengaran. Selengkapnya lihat tabel berikut ini.
DOMINASI OTAK KIRI |
DOMINASI OTAK KANAN |
Intelaktual |
Intuitif |
Mengingat nama |
Mengingat wajah |
Merespon pada intruksi dan penjelasan verbal |
Merespon intruksi dalam demonstrasi, ilustrasi dan simbolik |
Bereksperimen secara sistematis dan dengan kontrol |
Eksperimen secara acak dan tanpa hambatan |
Membuat penilaian secara objektif |
Membuat penilaian secara subjektif |
Terencana dan terstruktur |
Cair dan spontanitas |
Lebih menyukai informasi yang mapan dan pasti |
Lebih menyukai informasi yang berubah dan tidak pasti |
Pembaca analitis (memilah-milah) |
Pembaca yang sintesis (mengabungkan) |
Percaya pada bahasa dalam berfikir dan mengingat |
Percaya pada gambar dalam berfikir dan mengingat |
Lebih menyukai berbicara dan menulis |
Lebih menyukai menggambar dan memanipulasi objek |
Menyukai tes pilihan ganda |
Menyukai pertanyaan open-ended |
Mengendalikan perasaan |
Lebih bebas dengan perasaan |
Tidak bagus dalam menafsirkan bahasa tubuh |
Bagus dalam menginterpretasikan bahasa tubuh |
Jarang menggunakan metafora |
Sering menggunakan metafora |
Menyukai pemecahan masalah logis |
Menyukai pemecahan masalah intuitif |
Ambiguity tolerance
Gaya yang ketiga ini melihat sejauh mana secara kognitif anda mau memberi toleransi pada gagasan dan usulan yang bertentangan dengan sistem keyakinan atau struktur pengetahuan anda. Beberapa orang relatif ‘open-minded’ dalam menerima ideologi atau peristiwa, fakta yang kontradiktif dengan pendapatnya sendiri. Sedangkan yang lain cenderung ‘close-minded’ dan dogmatis, sehingga cenderung menolak hal-hal yang bertentangan atau agak bertentangan dengan sistem yang ada.
Keuntungan dan kekurangan dari masing-masing gaya ini tetap terlihat. Orang yang ambiguity tolerant cenderung bisa bebas menghibur dengan sejumlah kemungkinan yang inovatif dan kreatif dan tidak mudah secara kognitif atau afektif diganggu oleh ambiguitas dan ketidak pastian. Pemelajar bahasa yang berhasil biasanya memerlukan toleransi ambiguitas seperti ini, paling tidak pada masa perpindahan dari setiap tahapan, selama hal-hal yanng ambigu dapat diselesaikan dalam kesempatan tertentu. Di sisi lain terlalu toleran terhadap ambiguitas dapat menimbulkan efek yang kurang baik karena terlalu longgar dalam menerima pendapat dan tidak efisien dalam menarik fakta-fakta dalam struktur organisasi kognitif.
Reflectifity dan Impulsivity
Lazim juga bagi kita untuk menunjukan kepribadian dalam hal tertentu cenderung reflektif dan dalam hal lain cenderung impulsif. Penelitian psikologi telah dilakukan untuk menentukan tingkat seseorang dalam ranah kognitif apakah cenderung cepat atau gambling (impulsif) dalam menebak jawaban atas persoalan tertentu atau lebih lambat dan terkalkulasi (reflektif) dalam mengambil keputusan. Pemikir sistemik cenderung lebih banyak memberikan hitungan dalam mempertimbangkan masalah, melihat benang merahnya, kemudian setelah melalui rafleksi yang panjang secara hati-hati mengambil solusi.
Implikasi pada pemerolehan bahasa cukup beragam. Ditemukan bahwa anak-anak yang reflektif secara konseptual cenderung mambuat kesalahan yang lebih sedikit dalam membaca daripada anak-anak yang impulsif (Kagen, 1965), namun orang yang impulsif biasanya dapat membaca lebih cepat.
Reflektif-impulsif memiliki beberapa pertimbangan penting di kelas pemelajaran bahasa. Guru cenderung untuk menilai kekeliruan terlalu terburu-buru, khususnya dalam kasus siswa yang memiliki gaya yang impulsif yang mungkin lebih berani daripada siswa yang reflektif dalam menebak jawaban yang benar. Disisi lain, siswa yang reflektif memerlukan kesabaran dari guru karena memerlukan waktu yang lebih panjang dalam memberi respon.
Gaya Visual dan Auditori
Ini adalah gaya yang paling nampak dalam kelas formal, dalam melihat apakah anak itu cenderung visual atau auditori. Pemelajar yang visual cenderung membaca dan mempelajari informasi dalam bentuk gambar dan grafik, sedangkan siswa yang auditori cenderung mendengarkan ceramah dan tape. Hampir semua siswa yang berhasil menggunakan kedua gaya tersebut baik input visual maupun auditori namun kesenangan yang sedikit berbeda mungkin membedakan dari satu pemelajar ke pemelajar yang lain.
STRATEGI
Sekarang kita membahas prinsip kedua yang mungkin juga berbeda tingkatannya dalam setiap individu. Strategi merupakan cara operasional untuk mencapai tujuan tertentu atau cara “menyerang” yang khas ketika kita menemui masalah. Strategi merupakan teknik yang kasuistik dalam memecahkan masalah dalam belajar bahasa baik input maupun output. Dalam pemelajaran bahasa dapat dibedakan dua strategi: Strategi pemelajaran dan strategi komunikasi. Strategi pemelajaran untuk memproses,menyimpan, dan mengingat kembali. Sedangkan strategi komunikasi berhubungan dengan output yang mengungkapkan makna secara produktif, tentang bagaimana kita menyampaikan pesan pada orang lain. Rubin (1982) mengambarkan pemelajar yang baik kaitannnya dengan karakteristik, gaya, dan strategi seseorang yang diringkas menjadi empat belas karakteritik. Pemelajar bahasa yang baik
1) Mencari caranya sendiri dan mengambil tanggung jawab dalam belajar.
2) Mengorganisir pengetahuan tentang bahasa.
3) Adalah kreatif, mengembangkan “rasa” bahasa dengan bereksperimen dengan tata bahasa dan kata.
4) Mencari kesempatan sendiri untuk berlatih dalam menggunakan bahasa baik di dalam maupun di luar ruangan kelas.
5) Belajar untuk hidup dengan ketidak pastian dan tidak mudah putus asa serta terus melanjutkan bicara atau mendengar tanpa harus memahami setiap kata.
6) Mengunakan cara mnemonic untuk mengingat apa yang telah dipelajari
7) Membuat kesalahan-kesalahan yang dapat dilakukan dan tidak melawannya.
8) Menggunakan pengetahuan linguistik, termasuk pengetahuan bahasa pertama untuk mempelajari bahasa kedua.
9) Menggunakan tanda-tanda yang kontekstual untuk membantu pemahaman.
10) Belajar untuk membuat tebakan-tebakan yang cerdas.
11) Mempalajari bentuk umum bahasa secara keseluruhan dan rutin untuk membantu tampil melebihi kompetensinya.
12) Mempelajari trik-trik tertentu yang membantu percakapan terus berjalan.
13) Mempelajari strategi produksi tertentu untuk mengisi kesenjangann kompetensi yang dimiliki.
14) Mempelajari gaya berbicara dan menulis yang berbeda dan mempelajari ragam bahasa menurut situasi formal.
Strategi Belajar
Berbagai penelitian akhir-akhir ini telah dilakukan tentang keefektivan belajar dalam meningkatkan kompetensi belajar bahasanya. O’Malley dan kawan-kawan (1985) menggambarkan strategi belajar sebagai berikut:
STRATEGI BELAJAR |
DESKRIPSI |
STRATEGI METAKOGNITIF |
|
Advance organizer |
Membuat preview tentang konsep atau prinsip pengorganisasian yang komprehensif dalam kegiatan pemelajaran yang akan dilakukan. |
Directed attention |
Memutuskan diawal untuk melihat tugas pemelajaran secara umum dan mengabaikan pengecoh yang tidak relavan. |
Selective attention |
Memutuskan di awal untuk melihat aspek khusus dari input bahasa atau detail situasi yang membantu untuk mengingat input bahasa tersebut. |
Self-management |
Memahami kondisi yang membantu seseorang yang mempelajari dan menyusun kondisi yang muncul. |
Functional planning |
Merancanakan dan melatih komponen-komponen linguistik ke depan. |
Self-monitoring |
Mengoreksi pembicaraan seseorang untuk ketepatan dalam pengucapan, tata bahasa, kosakata, atau untuk kelayakan yanng tekait dengan situasi dimana seseorang berada. |
Delayed production |
Secara sadar memutuskan untuk menunda berbicara dengan maksud belajar lagi melalui menyimak. |
Self-evaluation |
Mengecak hasil pemelajaran bahasa seseorang dengan ukuran internal untuk penyelesaian dan ketepatan. |
STRATEGI KOGNITIF |
|
Repetition |
Meniru model bahasa, termasuk paktek yang kelihatan maupun latihan yang tertutup. |
Resourcing |
Menggunakan bahan-bahan referensi bahasa yang diperlukan. |
Translation |
Mennggunakan bahasa pertama sebagai dasar untuk memahami dan/atau menghasilkan bahasa kedua |
Grouping |
Menyusun ulang atau mengklasifikasikan ulang, dengan pelabelan pada materi-materi yang akan dipelajari berdasarkan sifat-sifat umumnya. |
Note taking |
Menulis gagasan utama, poin-poin penting, outline, atau ringkasan informasi yang dihasilkan secara lisan maupun tulisan. |
Deduction |
Secara sadar menerapkan aturan untuk menghasilkan atau memahami bahasa kedua. |
Recombination |
Membangun kalimat atau urutan bahasa yang lebih besar secara bermakna dengan menggabungkan bagaian-bagian yang ada dengan cara yang baru. |
Imagery |
Menghubungkan informasi baru pada konsep visual dalam ingatan melalui visualisai, frasa, ataupun lokasi yang mudah diingat. |
Auditori representation
|
Selalu mengingat bunyi atau bunyi yang mirip untuk suatu kata, frasa, atau urutan bahasa yang lebih panjang. |
Keyword |
Mengingat kata yang baru dalam bahasa kedua dengan (1) mengidentifikasi kata yang familiar dalam bahasa pertama yang mirip dan (2) menyimpulkan gambar yang mudah diingat dari hubungan antara kata yang baru dengan kata yang sudah akrab. |
Contextualization |
Menempatkan kata atau frasa dalam urutan bahasa yang bermakna. |
Elaboration |
Menghubungkan informasi baru dengan konsep yang sudah ada dalam ingatan. |
Transfer |
Menggunakan bahasa dan konsep pengetahuan untuk menfasilitasi tugas belajar bahasa yang baru. |
Inferencing |
Menggunakan informasi yang sudah ada untuk menebak makna hal baru, memprediksi hasil, atau mengisi informasi yang kurang. |
STRATEGI SOSIOAFEKTIF |
|
Cooperation |
Bekerja dengan satu atau lebih sejawat untuk mendapatkan umpan balik, mengumpulkan informasi, dan model kegiatan bahasa. |
Question for clarification |
Meminta guru atau penutur asli untuk mengulangi, meparafrasa, menjelaskan, atau memberi contoh. |
Strategi komunikasi
Jika srategi belajar lebih berhubungan dengan ranah reseptif dalam mendapat, menyimpan, dan mengingat, maka strategi komunikasi berkaitan dengan penggunaan mekanisme verbal dan non verbal untuk komunikasi produktif tentang informasi. Memang terkadang sukar untuk membedakan antara pemahaman dan produksi karena dapat terjadi secara serentak. Namun tetap ada manfaatnya untuk memahami perbedaan sifat kedua strategi tersebut.
Chesterfield and Chesterfield (1985) menunjukkan beberapa strategi komunikasi bahasa kedua sebagai berikut:
STRATEGI |
CONTOH |
Repetition |
Ketika guru mengoreksi ucapan “only” lalu siswa menirukan “only”. |
Memorization |
Ketika guru menanyakan pada siswa “What are the days we go to school?” lalu siswa secara otomastis menjawab “Monday, Tuesday, Wednesday, Thusrday, Friday, Saturday.” Lalu guru mengoreksi “No not Saturday. Who said Saturday?” |
Formulaic expression |
Ketika telah menempatkan bagian ahir dari puzzle, teman teriak “I won”, lalu diprotes “No, I didn’t say “ready let’s go”. |
Verbal attention getter |
Guru mendiskusikan sengatan lebah dan mengingatkan jika pernah tersengat lebah sebelumnya. Lalu siswa berkata dengan buku digulung “it was me” untuk menarik perhatian. Lalu guru bilang “you?” dan siswa melanjutkan dengan bicara biasa “It got real red”. |
Answer in unison |
Dalam diskusi kelompok, guru bertanya “Bottle starts with what letter?” dan kelompok menjawab “b”. |
Talk to self |
Ketika anak belajar berhitung dengan jari “Five take away two” lalau “one, two, three, four” dan masih bingung dengan empat. |
Elaboration |
Setelah guru menyuruh siswa menandatangani kartu pos, kemudian siswa berkata: “Miss, we sended a mail. At christmas I had colored-we write it, my mother and dad and I colored back of it. It didn’t have a picture”. |
Antiicipatory answer |
Guru memegang flashcard bertanya “When you put ‘st’ in front–.” Siswa menyela “stop”. Lalu guru melanjutkan kalimat –of it—stop” dan menulis di papan. |
Monitoring |
Ketika guru mendekati meja siswa untuk mengecek makalah, siswa berkata “Miss, I need some pencil—a pencil”. |
Appeal for assistance |
Siswa bertanaya “Miss, how do you spell star?” lalu guru menjawab “s-t and look at car” (dengan menunjuk kata “car” di papan tulis. |
Request for clarification |
Siswa sedang membicarakan pest Halloween berkata “we have to decorate them” teman menjawab “decorate? What does decorate mean?” lalu dijawab “that means you draw pictures on it”. |
Role-play |
Siswa berkata “I’m gonna be a teacher.” Dan temannya bilang “me too”. |
GAYA DAN STRATEGI DI RUANG KELAS
Sepuluh anjuran agar dapat belajar bahasa dengan baik
VERSI GURU |
VERSI SISWA |
1. Kurangi hambatan |
Tidak takut! |
2. Mendorong untuk ambil risiko |
Selami |
3. Bangun rasa percaya diri |
Percaya diri |
4. Kembangkan motivasi diri |
Taklukkan harimu |
5. Libatkan dalam belajar bersama |
Cintai sekelilingmu |
6. Gunakan proses otak-kanan |
Kenali gambar BESAR |
7. Biasakan ambiguity tolerance |
Nikmati kondisi chaos |
8. Latih intusi |
Turuti firasatmu |
9. Terima umpan balik kesalahan |
Kesalahan tidak masalah BAGI anda |
10. Tentukan tujuan diri |
Tentukan tujuan anda |
Beberapa teknik untuk mengembangkan strategi belajar adalah:
1. Untuk mengurangi hambatan; menggunakan permainan tebak-tebakan dan permainan komunikasi; lakukan dengan bermain peran; biasakan kerja kelompok; senyumlah dengan siswa anda; ajak untuk mendiskusikan rasa takut dalam kelompok kecil.
2. Untuk memberanikan siswa dalam ambil risiko: Hargai siswa yang membuat usaha yang tulus dalam menggunakan bahasa; gunakan latihan fluency dengan tidak langsung menyalahkan kesalahan saat itu juga; berilah tugas luar untuk berbicara ataupun menulis.
3. Untuk membangun rasa percaya diri: Ceritakan pada siswa secara eksplisit bahwa anda benar-benar menaruh kepercayaan pada mereka; minta mereka untuk mendaftar kekuatannya, dari apa yang mereka tahu atau yang telah dicapai selama ini dalam pemelajaran.
4. Untuk memmbantu mereka mengembangkan motivasi instrinsik: Ingatkan mereka secara eksplisit tentang manfaat belajar bahasa Inggris; gambarkan beberapa pekerjaan yang mensyaratkan bahasa Inggris.
5. Agar senang dengan belajar bersama: Ajak siswa untuk tukar pengetahuan; ajak siswa untuk berkompetisi dalam permainan; buatlah mereka merasa dalam sebuah tim kelas; lakukan dalam kelompok yang relatif kecil.
6. Untuk mendorong mereka menggunakan otak kanan: Gunakan video atau tape dalam kelas; ajak mereka untuk membaca halaman secara cepat; latihlah untuk melakukan skimming; latihlah untuk menulis cepat; biasakan siswa untuk lancar dalam bicara atau menulis tanpa takut berbuat salah.
7. Agar siswa terbiasa dengan ambiguity tolerance: dorong siswa untuk bertanya pada anda, sesama teman, dan menanyakan jika dia tidak tahu; buatlah penjelasan teoretis sesederhana mungkin; gunakan aturan sesedikit mungkin; kadang-kadang gunakan terjemahan dalam menjelaskan makna kata.
8. Untuk membantu mereka menggunakan intusi: hargai siswa yang telah menebak dengan baik; jangan selalu memberi penjelasana tentang kesalahan, koreksi hanya kesalahan tertentu saja, yang hanya benar-benar menggangu pemelajaran.
9. Agar siswa menjadikan kesalahan sebagai pemelajaran: Gunakan tape perekam untuk mengidentifikasi kesalahan mereka sendiri; jangan selalu menampilkan bentuk yang benar; ajak siswa untuk mendaftar kesalahan yang sering dilakukannya dan mintalah untuk menyelesaiknnya sendiri sehingga siswa menjadi reflektif.
10. Agar siswa dapat menentukan tujuan mereka sendiri: Mendorong siswa secara eksplisit untuk keluar dari tujuan kelas; dorong mereka untuk membuat daftar yang akan mereka penuhi sendiri dalam minggu tertentu; biarkan siswa menentukan komitmen waktu mereka sendiri dalam belajar bahasa; berikan penghargaan lebih atas kerja yang lebih baik sebagai bentuk positive feedback.
PENUTUP
Setelah mempelajari gaya dan strategi belajar bahasa serta kaitannya dengan kegiatan di ruang kelas, beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
1. Terdapat variasi kognitif dalam belajar bahasa baik aneka gaya belajar yang berbeda pada masing-masing individu maupun dalam strategi yang digunakan oleh seseorang untuk memecahkan persoalan tertentu.
2. Gaya merupakan istilah yang mengacu pada konsistensi pada diri seseorang, bukan hanya sekedar kecendrungan maupun kemauan sesaat yang bisa bersifat ambiguity tolerant atau tidak akan mudah bingung dengan kondisi yang tidak menguntungkan ini, reflektif yang tetap sabar dan tidak akan cepat-cepat menyimpulkan dari masalah ini, ataupun field independent yang hanya fokus pada hal-hal yang penting dan relavan serta tidak mudah dipusingkan dengan hal-hal yang tidak relevan.
3. Strategi merupakan cara operasional untuk mencapai tujuan tertentu atau cara “menyerang” yang khas ketika kita menemui masalah. Strategi merupakan teknik yang kasuistik dalam memecahkan masalah dalam belajar bahasa baik input maupun output.
4. Dalam pemelajaran bahasa dapat dibedakan dua strategi: Strategi pemelajaran dan strategi komunikasi. Strategi pemelajaran untuk memproses,menyimpan, dan mengingat kembali. Sedangkan strategi komunikasi berhubungan dengan output yang mengungkapkan makna secara produktif, tentang bagaimana kita menyampaikan pesan pada orang lain.
5. Di ruang kelas, guru dapat melatih gaya dan strategi yang menguntungkan siswa dalam belajar bahasa.
REFERENSI
Brown, H. Douglas. 1994. Principles of Language Learning and Teaching. NJ: Prentice Hall.
Chesterfield, Ray dan Chesterfield, Kathleen. 1985. Natural order in children’s use of second language learning strategies. Aplied Linguistics 6:45-59.
Kagen, Jerome. 1965. Reflection-impulsivity and reading ability in primary grade children. Child Development 36:609-628.
Khrasen, Stephen. 1977. The monitor model for adult second language performance. Dalam Burt, Dulay, dan Finocchiaro 1977.
O’Malley dan kawan-kawan. 1985. Learning strategy applications with students of English as a second language. TESOL Quarterly 19:557-584.
Rubin, Joan dan Thompson, Irene. 1982. How To Be a More Successful Language Learner. Boston: Heinle and Heinle Publisher.